Senin, 11 Agustus 2008

LATAR BELAKANG

Issue pembangunan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dimulai sejak proses modernisasi di dunia ini berlangsung. Hal tersebut dimulai dari era revolusi industri di Eropa, hingga sampai sekarang dalam era pasca modern yang digerakkan oleh revolusi teknologi (komunikasi dan informasi). Hasil perkembangan kota-kota di Eropa pada abad 19 yang sangat terpengaruh oleh proses industrialisasi, memunculkan reaksi pemecahan masalah lingkungan dengan lahirnya Urban Design dan Urban Planning modern. Pada abad ke 19 di Perancis muncul karya-karya antara lain dari arsitek Claude Nicolas Ledoux, Tony Garnier, dengan “cité industrielle” dan LeCorbusier dengan konsep “la Ville radieuse” atau the bright city (abad 20 ). Sedangkan pada konteks makro sub-regional (kota-kota industri yang merupakan kota satelit London), pada permulaan abad yang sama juga, Howard melahirkan konsep “The Garden City “.

Issue pembangunan perkotaan aktual yang terjadi saat ini, perkembangan transport regional memberi dorongan sangat kuat terhadap perkembangan aglomerasi urban yang menyebar (sprawl), merajah wilayah yang luas dan memberi dampak terhadap kerusakan ekologi berupa polusi udara, pengurangan lahan hijau dan berkurangnya lahan pertanian. Dis-komunitas juga terjadi di negara negara barat.

Sedangkan di Indonesia sebagai negara sedang berkembang, hal tersebut ditambah dengan pergesekan kota-desa. Peter Katz (1994), Peter Calthorpe (2001) dan teman-temannya memecahkan masalah tersebut dengan membuat model urban design dalam skala regional dan neighbourhood unit yang menyebutnya sebagai “the new urbanism”, model makro dipecahkan melalui sistem traffic regional dengan TOD (Transit Oriented Development) yang diisi dengan sistem permukiman terpadu dengan model arsitektur vernacular yang mendekati alam. Bahkan sebutan The new Urbanisme telah menjadi style banyak real estate di Amerika Serikat. Adapun para planner environmentalis mengembangkan konsep “the bio region” , dan para arsitek dengan eco architecture nya. Perkembangan ruang terbangun urban dengan gaya kehidupan tersebut disebut juga “eco-urbanism “ oleh Miguel Ruano (1999).

Indonesia sebagai negara yang mempunyai daya saing terbesar berupa sumber daya alam dan kearifan teknologi dalam human settlementnya, mempunyai dasar terhadap sistem alam yang diwujudkan dalam simbol-simbol arsitektur. Dalam masyarakat agraris telah lahir kota-kota tradisional dalam model the cosmic city (sebutan oleh K Lynch) dan tata wilayah . Namun perkembangan pembangunan di negara Indonesia, seperti pada negara sedang berkembang lainnya, aspek urbanisasi tidak sepenuhnya didukung industrialisasi. Hal ini telah menciptakan aglomerasi perkotaan yang belum siap dengan penataan ruang dan bangunan yang memperhatikan daya terima lingkungan.

Perkembangan perkotaan menghadapi dua masalah besar : kerusakan ekologis dan kesenjangan serta kemiskinan. Walau negara kita mempunyai sumber daya minyak bumi namun juga terkena krisis energi, pembangunan berkelanjutan telah dicanangkan sebagai paradigma pembangunan. Hal tersebut memang masih harus terus digalakan.

Indonesia harus menciptakan kota dimana masyarakatnya peduli terhadap masa depan kota dan bekerja keras untuk mewujudkan kota yang mampu memberi kehidupan yang lebih baik. Kota-kota Indonesia adalah kota yang tidak meninggalkan aspek kesejarahan masa lalu untuk menjadi pijakan perencanaan kota di masa mendatang. Saat ini keseimbangan perkembangan kota dan daya dukung lingkungan (eco-cities) menjadi issue perencanaan kota-kota di dunia.

Eco-cities adalah kota-kota yang “sehat” secara ekologis. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah dengan menyusun perencanaan dan perancangan kota yang mampu menyeimbangkan kehidupan manusia dengan lingkungannya. Dibutuhkan perencanaan dan perancangan kota yang tanggap terhadap issue-issue lingkungan, seperti banjir, rob, longsor di perkotaan, kemacetan lalu-lintas dan dampak buruknya, ketidak mampuan infrastruktur kota memenuhi kebutuhan masyarakat, meningkatnya suhu di perkotaan, dampak pemanasan global, terabaikannya bagian kota lama yang tidak berfungsi lagi sehingga menjadi bagian kota yang “sakit” sangat mempengaruhi lingkungan sekitar dan lain sebagainya.

Perencanaan dan perancangan kota yang berorientasi kepada eco-cities, selanjutnya disebut dengan Eco-urban design harus mampu menjawab tantangan bahwa hasil rancangan dapat berkesuaian dengan keadaan alamiah perkotaan, dapat menciptakan dan memelihara aspek sirkulasi/transportasi kota, mampu menciptakan kenyamanan serta mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Eco-urban design tidak hanya menitik beratkan pada kota yang sehat secara ekologis, tetapi juga harus mampu mengintegrasikan rancangan tempat berkehidupan yang sehat secara ekonomi dan sosial.

Oleh karena itu seminar dengan tema “ Eco Urban Design “ sebagai proses perencanaan kota di bagian hilir, artinya proses yang sudah langsung berhubungan dengan pengaturan produk fisik kota adalah sangat penting. Tiga proses perencanaan pembangunan kota yang tidak dapat dipisahkan : Urban Planning, Urban Design dan Manajemen Pembangunan Kota, merupakan pendekatan atau konsep dari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota di Universitas Diponegoro.

Seminar ini terbagi menjadi sesi pagi dan sesi siang. Pada sesi pagi akan menampilkan pembicara tamu yang merupakan tokoh-tokoh yang sangat berperan dalam bidang konsep ekologi, tokoh pembangun sektor privat serta tokoh penentu kebijakan yaitu : Prof DR Emil Salim, Ir Tjiputra dan Ir Imam Santoso Ernawi M.Sc, MCM (Dirjen Penataan Ruang Departemen PU) yang akan dibahas oleh : Prof.Ir. Eko Budihardjo, M.Sc dan Prof.DR.Ir Sugiono Soetomo, DEA

Pada sesi siang akan dilakukan diskusi paralel yang diisi oleh pembicara-pembicara terpilih dari Call for Papers yang masuk.

Seminar ini juga akan merupakan ajang pameran karya-karya pembangunan lingkungan buatan yang berwawasan lingkungan dari berbagai stakeholder (pengusaha real estat, karya-karya akademik, karya- karya tradisional dan karya masyarakat lainnya).

TUJUAN

Dalam Seminar Nasional ini diharapkan mampu mendorong semakin berkembangnya ide-ide mutakhir dan munculnya alternatif perencanaan dan perancangan kota yang mampu memperkuat urban system yang komprehensif, baik pada skala kota maupun kawasan, melalui solusi teknologi untuk mengurangi tekanan pada lingkungan. Selain itu dibutuhkan pula sumbang saran berupa hasil-hasil penelitian, tinjauan literatur, tinjauan kasus di lapangan maupun evaluasi atas teknologi yang telah diterapkan untuk memecahkan permasalahan ekologi kota-kota di Indonesia. Hasil dari seminar dapat ditindaklanjuti dengan menyusun Eco-urban design yang melibatkan masyarakat kota dan pemangku kepentingan lainnya untuk membangun sistem sosial kota yang efektif. Selain itu diharapkan tercipta jaringan kerjasama antara pelestari kota, perencana kota serta pihak swasta sebagai investor / pengembang.

0 komentar: